Al-Qur’an bisa dikatakan mukjizat dalam semua aspek dan sudut pandangnya:
- Dia merupakan mukjizat dalam susunan ta’bir (penuturan kalimat)nya dan dalam rangkaian seninya berdasarkan keistiqamahan atau konsistensinya terhadap satu kekhususan di dalam satu tingkatan, tidak berbeda-beda dan tidak berlapis-lapis. Dan, kekhususan-kekhususannya tersebut tidak akan terbelakang sebagaimana dia berisikan tentang keadaan perilaku-perilaku manusia. Sekalipun di sana tampak adanya peningkatan dan penurunan, kekuatan dan kelemahan dalam perilaku seseorang yang bisa berubah-ubah keadaannya, namun kekhususan-kekhususan al-Qur’an dalam konteks ta’bir ini akan tetap eksis pada satu rangkaian dan satu tingkatan, stabil dan tidak akan terbelakang, yang menunjukkan pada sumbernya yang tidak akan berbeda-beda keadaannya (konstan).
- Dia merupakan mukjizat dalam bangunannya, dan dalam keteraturan dan saling melengkapi antar bagian-bagiannya. Maka, tidak ada kesalahan dan kerancuan (kontradiksi) di dalamnya. Setiap taujihat (arahan-arahan)nya akan saling bertemu, tersusun rapi, dan saling melengkapi, serta meliputi kehidupan manusia, mengupasnya secara tuntas, menjawab permasalahannya, dan memotivasinya, tanpa ada satu pun bagian dari manhaj sempurna ini yang bertentangan dengan bagian yang lain, dan tanpa ada sedikit pun darinya yang berbenturan dengan fitrah manusia, sekalipun fitrah manusia cenderung mengabaikannya. Semuanya diikat pada satu poros di dalam kesesuaian yang tidak mungkin terjangkau oleh pengalaman manusia yang terbatas. Dan, mesti harus ada pengetahuan bersifat komperhensif yang tidak terikat dengan waktu dan tempat, yang berada di dalam wilayah cakupannya dan peraturannya.
- Dia merupakan mukjizat dalam hal kemudahan untuk masuk ke dalam hati dan sanubari manusia, memegang kunci-kuncinya, membuka pintu-pintu penutupnya, menampung berbagai media perasaan/emosi dan reaksi di dalamnya, serta menangani berbagai kesulitan dan problematikanya secara luwes dan mudah lagi menakjubkan, juga dalam hal mendidiknya dan mengarahkannya sesuai manhajnya dengan melalui sentuhan yang paling lunak, tanpa ada kerumitan, ketimpangan, dan kesalahan.
Post a Comment